http://uin-suka.ac.id

Senin, 11 April 2016



Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw terhadap Aktivitas Belajar Biologi SMP dan Pengenalan Pada Pembuatan Herbarium
Iin Musannadah
14680022
Pendidikan Biologi


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw terhadap aktivitas belajar biologi SMP. Tujuan dari pengenalan herbarium pada siswa SMP yaitu untuk memberikan bekal pengetahuan tentang herbarium sebelum mereka mendapatkan materinya di SMA. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw yang dikembangkan pertama kali oleh Aronson, dkk di Universitas Texas. Sedangkan, pengenalan pembuatan herbarium sendiri merupakan pembaruan yang penulis lakukan untuk membedakan makalah yang penulis buat dengan makalah atau penelitian yang telah ada. Herbarium merupakan koleksi spesimen yang telah dikeringkan atau diawetkan biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Hasil penelitian yang penulis dapat dari beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu meningkatkan aktivitas belajar biologi SMP, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar biologi SMP.

Kata Kunci : Jigsaw, aktivitas belajar, herbarium

BAB I
PENDAHULUAN
A.          Pendahuluan
     Peningkatan mutu pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses pendidikan yang terjadi di dalam kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa akan memahami materi dengan baik bila terjadi kerjasama antara guru dan siswa. Untuk itu, guru harus mempunyai kreatifitas dan ide-ide baru untuk mengembangkan cara penyajian materi di sekolah. Dalam penyajian materi seorang guru harus pandai dalam memilih model, pendekatan, strategi, dan media yang tepat serta penguasaan kelas yang sesuai dengan kondisi siswa agar siswa tidak merasa bosan tapi justru tertarik untuk belajar (Faturrohman, 2007).
     Proses pembelajaran yang terjadi selama ini, khususnya pelajaran biologi cenderung monoton, pasif, dan tidak menarik. Proses belajar mengajar didominasi oleh guru, siswa pada umumnya hanya menerima saja informasi yang diberikan guru, siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diinformasikan guru serta latihan mengerjakan soal. Sebagai akibatnya, proses belajar mengajar yang dirasakan siswa membosankan dan tidak menarik. Bahkan dari hasil pengamatan, siswa memperlihatkan sikap yang kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam mengikuti proses pembelajaran biologi (Sulastri, 2009). Dalam proses pembelajaran interaksi antara guru dan siswa kurang lancar dan lebih buruk lagi interaksi antara siswa dengan siswa hampir tidak terjadi dan hal ini membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar. Dampak dari itu semua minat belajar siswa rendah dan aktivitas belajar siswa juga rendah sehingga prestasi belajar menjadi rendah.
     Salah satu upaya untuk merubah kondisi tersebut yaitu melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Menurut Kunandar (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe jigsaw yang dikembangkan oleh Aronson et al (Lie, 2002). Menurut Lie (2002), dalam teknik ini guru harus memperhatikan pengetahuan dan pengalaman siswa serta membantu siswa mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman itu agar bahan pelajaran lebih bermakna. Siswa juga harus bekerja sama dengan siswa lain dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
     Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dengan aktivitas yang dilakukan siswa, pembelajaran kooperatif menjadi relevan pula digunakan untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok (Lie, 2002).
     Pengenalan herbarium pada siswa SMP bertujuan untuk mengenalkan lebih awal tentang herbarium sebelum mereka mendapatkan materi tersebut di SMA. Sehingga saat SMA mereka sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang materi tersebut dan hanya perlu dikembangkan saja. Herbarium adalah Spesimen awetan yang diawetkan dengan metode tertentu, yang digunakan untuk studi taksonomi (Gembong, 2013).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.       Kajian Teori
1.      Aktivitas dan Motivasi Belajar
Morgan dalam Purwanto (2007) mengatakan belajar adalah setiap perubahan yang menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Selanjutnya Gagne dalam Purwanto (2007) mengatakan belajar terjadi jika suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah dia mengalami situasi tersebut.
Menurut Winkel dalam Uno (2007) belajar sebagai suatu aktivitas mental-psikis yang berinterasi aktif dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam skripsi yang disusun oleh fajar (2006) belajar bukan proses menghafal dan bukan mengingat, tetapi belajar adalah sebuah proses yang ditandai dengan adanya perubahan akibat adanya pengalaman. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar yaitu mengalami sendiri artinya siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.
Kualitas dan berhasil tidaknya proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh sebuah motivasi. Motivasi adalah sebuah dorongan yang berasal dari luar maupun dari dalam. Menurut Mc. Donald dalam Oemar Hamalik (2001) motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi dibagi menjadi 2 macam yaitu motivasi intrinsik (motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang muncul dari luar misalnya dari lingkungan, teman, orang tua, dll).
  1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) (Wina Sanjaya, 2011). Menurut Anita Lie (2008) pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dengan tugas-tugas terstruktur. Menurut Joyce & Weil dalam Hindarto (1996) keberhasilan pembelajaran kooperatif sangat dipengaruhi oleh usaha guru dalam membantu siswa mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk bekerja kooperatif.
  1. Kooperatif Tipe Jigsaw
Dari berbagai pembelajaran kooperatif yang telah teruji keberhasilannya adalah metode pembelajaran tipe Jigsaw. Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson, dkk di Universitas Texas (Hilke, 1998). Ini menjadi salah satu pilihan bagi guru, yaitu dalam menyikapi perkembangan jaman, terutama dalam paradigma pembelajaran yang kini diarahkan pada pendekatan siswa sentries yang menekankan pada proses.
Sebagai prasyarat dalam pembelajaran ini, siswa belajar dibagi menjadi beberapa kelompok dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, adanya kerjasama positif dari setiap anggota dan bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang sedang dibahas, selanjutnya menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Budiadnyana, 2004). Ini berarti adanya spesialisasi tugas dimana masing-masing siswa mempunyai tugas berkontribusi untuk keseluruhan tujuan kelompok. Spesialisasi tugas dari setiap individu yang kemudian terbentuk dalam kelompok ahli bekerja secara bebas untuk menjadi ahli bagian materi pelajaran tersebut bertanggung jawab untuk memberikan informasi kepasa anggota kelompok semula.
Keunggulan menggunakan model pembelajaran ini adalah meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
  1. Herbarium
Pada makalah ini penulis akan memperkenalkan pembuatan herbarium kepada siswa SMP sebagai pembaruan dari makalah yang penulis buat. Menurut Purwanti (2012) herbarium merupakan koleksi spesimen yang telah dikeringkan atau diawetkan biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi (Susilo, 2015). Fungsi dari herbarium yaitu untuk membantu  identifikasi tumbuhan lainnya yang sekiranya memiliki persamaan ciri morfologinya.
Tujuan pengenalan pembuatan herbarium pada anak SMP adalah untuk membuat gerakan selangkah lebih maju pada anak SMP. Herbarium tidak masuk dalam mata pelajaran SMP, oleh karena itu penulis ingin membekali dan mengenalkan siswa SMP pada materi pembuatan herbarium yang sebernarnya didapat ketika SMA. Dengan maksud untuk mengasah skill siswa SMP dalam materi herbarium dan sebagai pelatihan awal pembuatan herbarium. Pengenalan pada pembuatan herbarium ini juga bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
  1. Hasil penelitian yang mendukung pengaruh penerapan model pembelajaran jigsaw terhadap aktivitas belajar biologi SMP.
Hasil penelitian model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menyatakan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus III yaitu tingkat keaktifan siswa sebesar 93,75% telah memenuhi indikator kinerja yaitu ≥ 85% siswa aktif dalam pembelajaran. Pada siklus III nilai rata-rata kelas sebesar 73,85 dengan ketuntasan 93,75% telah memenuhi indikator kinerja yaitu ≥ 85% siswa mendapat nilai ≥ 65 (Fajar, 2006).
Hasil penelitian Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati (2009) menyatakan bahwa penggunan model pembelajaran kooperatif tipe ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan hasil  penelitian dengan uji Z menunjukkan  bahwa pada kelas penelitian hasilnya sudah memenuhi ketuntasan belajar dengan prosentase ketuntasan sebesar 89,74%. Dari perhitungan ini juga didapat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dari pretes ke postes. Meningkatnya hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tipe ini mampu meningkatakan aktivitas siswa.


BAB III
KESIMPULAN
Penerapan model pembelajaran kooperatif  jigsaw berpengaruh terhadap aktifitas belajar siswa. Hal itu dibuktikan oleh penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya. Model pembelajaran kooperatif jigsaw memiliki keunggulan yaitu meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Model pembelajaran ini berpengaruh baik pada aktivitas belajar biologi SMP. Pengenalan pembuatan herbarium pada siswa SMP bertujuan untuk mengenalkan lebih awal sebelum mereka mendapatkan materi herbarium di SMA. Sehingga siswa lebih menguasai ketika mendapatkan materi tersebut di SMA.

DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. (2008). Cooperative Learning Mempraktiksan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Budiadnyana, Putu. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar IPS SDN 5 Pedungan. (Thesis), Universitas Ganesha, Singaraja.
Fajar. 2006. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Materi Pengelolaan Lingkungan Melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dengan Pendekatan JAS Dan Penilaian Autentik di SMP N 6 Semarang. (Skripsi), Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.
Hermawan, Tri Hendra. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi 3 SMK Batik Perbaik Purworejo. (Skripsi), Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Hilke, Eilee Veronica. 1998. Fastback Kooperatif Learning. New York : Mc Graw-Hall, Inc.
Hindarto, N. 1996. Cooperative Learning sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa. (Makalah), IKIP Semarang Press, Semarang.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Oemar Hamalik, 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Purwanto, M. Ng. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sulastri, Yeti dan Diana Rochintaniawati. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Biologi di SMPN 2 Cimalaka. Jurnal Pengajaran MIPA. 13:16.
Susilo, JokoMuhammad. 2015. Analisis Kualitas Media Pembelajaran Insektarium dan Herbarium untuk Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah. Jurnal Bioedukatika. 3:1.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Taksonomi Umum Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Uno, H. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.