Pengaruh
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw terhadap Aktivitas Belajar
Biologi SMP dan Pengenalan Pada Pembuatan Herbarium
Iin Musannadah
14680022
Pendidikan Biologi
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
terhadap aktivitas belajar biologi SMP. Tujuan dari pengenalan herbarium
pada siswa SMP yaitu untuk memberikan bekal pengetahuan tentang herbarium
sebelum mereka mendapatkan materinya di SMA. Model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokan atau tim
kecil. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw
yang dikembangkan pertama kali oleh Aronson, dkk di Universitas Texas. Sedangkan,
pengenalan pembuatan herbarium sendiri merupakan pembaruan yang penulis lakukan
untuk membedakan makalah yang penulis buat dengan makalah atau penelitian yang
telah ada. Herbarium merupakan koleksi spesimen yang
telah dikeringkan atau diawetkan biasanya disusun berdasarkan sistem
klasifikasi. Hasil penelitian yang penulis dapat dari beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
mampu meningkatkan aktivitas belajar biologi SMP, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar biologi SMP.
Kata Kunci : Jigsaw, aktivitas
belajar, herbarium
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Peningkatan
mutu pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses pendidikan yang terjadi di
dalam kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa akan memahami materi dengan
baik bila terjadi kerjasama antara guru dan siswa. Untuk itu, guru harus
mempunyai kreatifitas dan ide-ide baru untuk mengembangkan cara penyajian
materi di sekolah. Dalam penyajian materi seorang guru harus pandai dalam
memilih model, pendekatan, strategi, dan media yang tepat serta penguasaan
kelas yang sesuai dengan kondisi siswa agar siswa tidak merasa bosan tapi
justru tertarik untuk belajar (Faturrohman, 2007).
Proses
pembelajaran yang terjadi selama ini, khususnya pelajaran biologi cenderung
monoton, pasif, dan tidak menarik. Proses belajar mengajar didominasi oleh
guru, siswa pada umumnya hanya menerima saja informasi yang diberikan guru,
siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diinformasikan guru serta
latihan mengerjakan soal. Sebagai akibatnya, proses belajar mengajar yang
dirasakan siswa membosankan dan tidak menarik. Bahkan dari hasil pengamatan,
siswa memperlihatkan sikap yang kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang
siap dalam mengikuti proses pembelajaran biologi (Sulastri, 2009). Dalam proses
pembelajaran interaksi antara guru dan siswa kurang lancar dan lebih buruk lagi
interaksi antara siswa dengan siswa hampir tidak terjadi dan hal ini membuat
siswa tidak termotivasi untuk belajar. Dampak dari itu semua minat belajar
siswa rendah dan aktivitas belajar siswa juga rendah sehingga prestasi belajar
menjadi rendah.
Salah
satu upaya untuk merubah kondisi tersebut yaitu melalui pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw. Menurut Kunandar (2008), pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling
asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang
dapat menimbulkan permusuhan. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu
tipe jigsaw yang dikembangkan oleh Aronson et al (Lie, 2002).
Menurut Lie (2002), dalam teknik ini guru harus memperhatikan pengetahuan dan
pengalaman siswa serta membantu siswa mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman
itu agar bahan pelajaran lebih bermakna. Siswa juga harus bekerja sama dengan
siswa lain dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal. Dengan aktivitas yang dilakukan siswa, pembelajaran
kooperatif menjadi relevan pula digunakan untuk meningkatkan kerjasama siswa
dalam kelompok (Lie, 2002).
Pengenalan
herbarium pada siswa SMP bertujuan untuk mengenalkan lebih awal tentang
herbarium sebelum mereka mendapatkan materi tersebut di SMA. Sehingga saat SMA
mereka sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang materi tersebut dan hanya
perlu dikembangkan saja. Herbarium adalah Spesimen awetan yang diawetkan dengan
metode tertentu, yang digunakan untuk studi taksonomi (Gembong, 2013).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Aktivitas dan
Motivasi Belajar
Morgan
dalam Purwanto (2007) mengatakan belajar adalah setiap perubahan yang menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman. Selanjutnya Gagne dalam Purwanto (2007) mengatakan belajar terjadi
jika suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah dia mengalami situasi
tersebut.
Menurut
Winkel dalam Uno (2007) belajar sebagai suatu aktivitas mental-psikis yang
berinterasi aktif dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif
konstan dan berbekas. Dalam skripsi yang disusun oleh fajar (2006) belajar
bukan proses menghafal dan bukan mengingat, tetapi belajar adalah sebuah proses
yang ditandai dengan adanya perubahan akibat adanya pengalaman. Hal ini sesuai
dengan prinsip belajar yaitu mengalami sendiri artinya siswa yang belajar
dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan
pemahaman yang lebih mendalam.
Kualitas
dan berhasil tidaknya proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh sebuah
motivasi. Motivasi adalah sebuah dorongan yang berasal dari luar maupun dari
dalam. Menurut Mc. Donald dalam Oemar Hamalik (2001) motivasi adalah perubahan
energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi dibagi menjadi 2
macam yaitu motivasi intrinsik (motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri)
dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang muncul dari luar misalnya dari
lingkungan, teman, orang tua, dll).
- Model Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem
pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang
berbeda (heterogen) (Wina Sanjaya, 2011). Menurut Anita Lie (2008) pembelajaran
kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak
didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dengan tugas-tugas terstruktur.
Menurut Joyce & Weil dalam Hindarto (1996) keberhasilan pembelajaran
kooperatif sangat dipengaruhi oleh usaha guru dalam membantu siswa
mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk bekerja kooperatif.
- Kooperatif Tipe Jigsaw
Dari
berbagai pembelajaran kooperatif yang telah teruji keberhasilannya adalah
metode pembelajaran tipe Jigsaw. Model pembelajaran ini pertama kali
dikembangkan oleh Aronson, dkk di Universitas Texas (Hilke, 1998). Ini menjadi
salah satu pilihan bagi guru, yaitu dalam menyikapi perkembangan jaman,
terutama dalam paradigma pembelajaran yang kini diarahkan pada pendekatan siswa
sentries yang menekankan pada proses.
Sebagai
prasyarat dalam pembelajaran ini, siswa belajar dibagi menjadi beberapa
kelompok dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang dengan memperhatikan
keheterogenan, adanya kerjasama positif dari setiap anggota dan bertanggung
jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang sedang dibahas,
selanjutnya menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
(Budiadnyana, 2004). Ini berarti adanya spesialisasi tugas dimana masing-masing
siswa mempunyai tugas berkontribusi untuk keseluruhan tujuan kelompok.
Spesialisasi tugas dari setiap individu yang kemudian terbentuk dalam kelompok
ahli bekerja secara bebas untuk menjadi ahli bagian materi pelajaran tersebut
bertanggung jawab untuk memberikan informasi kepasa anggota kelompok semula.
Keunggulan
menggunakan model pembelajaran ini adalah meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
- Herbarium
Pada makalah ini penulis akan memperkenalkan pembuatan herbarium
kepada siswa SMP sebagai pembaruan dari makalah yang penulis buat. Menurut
Purwanti (2012) herbarium merupakan koleksi spesimen yang telah dikeringkan
atau diawetkan biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi (Susilo, 2015).
Fungsi dari herbarium yaitu untuk membantu
identifikasi tumbuhan lainnya yang sekiranya memiliki persamaan ciri
morfologinya.
Tujuan pengenalan pembuatan herbarium pada anak SMP adalah untuk
membuat gerakan selangkah lebih maju pada anak SMP. Herbarium tidak masuk dalam
mata pelajaran SMP, oleh karena itu penulis ingin membekali dan mengenalkan
siswa SMP pada materi pembuatan herbarium yang sebernarnya didapat ketika SMA. Dengan
maksud untuk mengasah skill siswa SMP dalam materi herbarium dan sebagai
pelatihan awal pembuatan herbarium. Pengenalan pada pembuatan herbarium ini
juga bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
- Hasil penelitian yang mendukung pengaruh penerapan model pembelajaran jigsaw terhadap aktivitas belajar biologi SMP.
Hasil
penelitian model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menyatakan bahwa
model pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian pada siklus III yaitu tingkat keaktifan siswa
sebesar 93,75% telah memenuhi indikator kinerja yaitu ≥
85% siswa aktif dalam pembelajaran. Pada siklus III nilai rata-rata kelas
sebesar 73,85 dengan ketuntasan 93,75% telah memenuhi indikator kinerja yaitu ≥
85% siswa mendapat nilai ≥ 65 (Fajar, 2006).
Hasil penelitian Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati (2009)
menyatakan bahwa penggunan model pembelajaran kooperatif tipe ini mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan
hasil penelitian dengan uji Z
menunjukkan bahwa pada kelas penelitian
hasilnya sudah memenuhi ketuntasan belajar dengan prosentase ketuntasan sebesar
89,74%. Dari perhitungan ini juga didapat bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa yang signifikan dari pretes ke postes. Meningkatnya hasil belajar
siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tipe ini mampu meningkatakan
aktivitas siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw berpengaruh terhadap aktifitas
belajar siswa. Hal itu dibuktikan oleh penelitian yang telah dilakukan beberapa
peneliti sebelumnya. Model pembelajaran kooperatif jigsaw memiliki
keunggulan yaitu meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Model
pembelajaran ini berpengaruh baik pada aktivitas belajar biologi SMP. Pengenalan
pembuatan herbarium pada siswa SMP bertujuan untuk mengenalkan lebih awal
sebelum mereka mendapatkan materi herbarium di SMA. Sehingga siswa lebih
menguasai ketika mendapatkan materi tersebut di SMA.
DAFTAR
PUSTAKA
Anita Lie. (2008). Cooperative Learning Mempraktiksan
Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Budiadnyana,
Putu. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar IPS SDN 5 Pedungan. (Thesis),
Universitas Ganesha, Singaraja.
Fajar.
2006. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Materi Pengelolaan Lingkungan
Melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dengan Pendekatan JAS Dan Penilaian
Autentik di SMP N 6 Semarang. (Skripsi),
Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Fathurrohman.
2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.
Hermawan, Tri Hendra. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi 3 SMK Batik Perbaik Purworejo. (Skripsi),
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Hilke,
Eilee Veronica. 1998. Fastback Kooperatif Learning. New York : Mc
Graw-Hall, Inc.
Hindarto, N. 1996. Cooperative Learning sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Siswa. (Makalah), IKIP Semarang Press, Semarang.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lie.
2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Oemar
Hamalik, 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Purwanto,
M. Ng. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sulastri,
Yeti dan Diana Rochintaniawati. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
dalam Pembelajaran Biologi di SMPN 2 Cimalaka. Jurnal Pengajaran MIPA. 13:16.
Susilo, JokoMuhammad. 2015. Analisis Kualitas Media Pembelajaran
Insektarium dan Herbarium untuk Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah. Jurnal
Bioedukatika. 3:1.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Taksonomi Umum Dasar-Dasar
Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Uno,
H. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.